-
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan dan menerbitkan buku biografi Jendral TNI M. Panggabean, dengan judul "M.PANGGABEAN JENDRAL DARI TANO BATAKBuku Biografi ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka dan khasanah pengetahuan tentang tokoh militer di Indonesia, sekaligus dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan motiviasi juang serta pewarisan kepemimpinan, keteladanan dan pengabdian Jendral TNI M.Panggabean Kepada bangsa dan negara Indonesia.Kami menyadari bahwa penerbitan buku ini belum sempurna, diharapkan masukan kritik dan saran dalam membangun dari para pembaca untuk perbaikan masa mendatang.
Sumatera utara lazim dikenal tanah Batak, karean sekitar tiga puluh tiga daerah tingkat dua di Provinsi Sumatera Utara mayoritas dihuni oleh suku Batak, baik lembah Silindung, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Nias dan Batak Dairi, kecuali di daerah Langkat, Binjai, Deli Serdang, Serdang Bedagai (Sergi) dan Tebing Tinggi penduduknya terdiri dari suku Melayu, Jawa, dan lain-lain.Tanah Batak banyak memunculkan tokoh-tokoh militer maupun non militer yang berskala nasional, diantaranya M.Panggabean. ia adalah berasal dari Lembah Silindung, merupakan salah satu tokoh TNI angkatan darat yang tealh berjasa keapda bangsa dan negara Indonesia, sampai saat ini biografinya belum pernah ditulis oleh Angkatan Darat sehingga prajurit Angkatan Darat banyak yang belum mengenal perjalanan hidupnya dan karya juangnya.Agar nilai-nilai kehidupan dan kejuangan M.Panggabean dapat dilestarikan..
M.Panggabean mengakhiri masa lajang pada usia 28 tahun dengan menikahi gadis Meida Saimima Matiur boru Tambunan yang berusia 21 tahun pada tanggal 20 Agustus 1950 di Gereja HKBP Sibolga Tapanuli, Putri dari pasangan J. Tambunan dan L.boru HutapeaPutra putri M. Panggabean berjumlah 4 orang, terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki, Anak pertama lahir pada tanggal 30 mei 1951 di Medan bernama Duma Antaran Natiar....Anak ketigaberbana Marulam Baringin Hasiholan Panggabean.....Dalam membina kehidupan keluarga, M Panggabean mendasarkan pada Agama Kristen dan sistem kekerabatan adat Batak, kemudian dalam mendidik anak-anaknya memposisikan sebagai guru, mengedepankan kasih sayang dan disiplin. M.Panggabean pensiun pada tahun 1978 dalam usia 56 Tahun, namun negara masih membutuhkan tenaga dan pikirannya untuk mengemban amanah sebagai Menkopolkam sampai tahun 1983......
M.PanggabeanNama Lengkapnya Maraden Saur Halomon Panggabean, Lahir pada tanggal 29 Juni 1992 di Hutatoruan Pansurnapitu Tarutung Sumatera Utara dari pasangan Marhusa gelar Patuan Natoras Panggabean dan Katharina boru Panjaitan. Semasa kecil akrab di panggil Maraden. Pendidikan umumyaHolland Inlandse School (HIS) di Simorangkir tamat tahun 1937, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs-Instituut voor neutrall onderwijs (MULO-Ivoorno) di Medan tamat tahun 1940, selanjutnya bekerja sebagai guru di sekolah Shakelshool Huria Christen Batak (HchB)di Sibolga Julu. Dunia kententaraannya diawali pada masa Jepang dengan mengikuti Zyoyukanri Gakko tahun 1944 di
M. Panggabean Jendral dari Tano Batak
Memoar ini saya persembahkan kepada seluruh bangsa, terutama generasi muda, termasuk generasi muda ABRI, dan juga kepada keluarga sayaPRAKATAAut na saribu hali ganda saringar ni soarangki, Naeng nasa gogo bahenonku mamuji Debantata i, Paboa las ni rohangki hinorhon ni pambaen-nai.Andaikan seribu kali lipat gema alunan suaraku Segala daya'kan kubuat memuji Tuhan Allahku Nyatakan sukacitaku karean semua berkatNya
Dalam buku ini Maraden Panggabean tampil sebagai ahli strategi yang dengan segala liku-liku kebolehannya sebagai prajurit-pejuang tealh memberikan andil yang substantif bagi tegaknya Republik Indonesia. Tom Pocock dalam bukunya "The Fighting General" menuliskan tentang Maraden Panggabean dalam rangka pelaksana Dwikora di perbatasan Kalimanta Utara...."This building was being planned and carried out by the commandant of the Inter-Regional command of Kalimantan, General Maraden Panggabean An Experienced fighting soldier aged fourty two, Panggabean had been trained first by Japanese, then in the United States and had completed his military education at the Indonesian Command and Staff College...
Memoar ini yang dengan menarik sekali dan secara faktual mengantar kita dari medan perjuangan yang satu ke medan perjuangan yang lain, mencerminkan kisah perjuangan seorang prajurit sejati. The making of a General, Demikianlah mungkin judul alternatif yang dapat diberikan kepada buku iniMenonjol dan menarik ialah sajian tentang sejarah perang Kemerdekaan di Sumatera antara lain perjuangan muda-mudi Indonesia di Medan Area dan khususnya perang gerilya sekitar jalan raya antara Sibolga dan Tarutung di Tapanuli yang merupakan jalan maut bagi tentara musuh, suatu babak tersendiri dalam kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, yang layak dikenang sepanjang masa karena marak dengan romantika revolusi..
Memoar ini yang dengan menarik sekali dan secara faktual mengantar kita dari medan perjuangan yang satu ke medan perjuangan yang lain, mencerminkan kisah perjuangan seorang prajurit sejati. The making of a General, Demikianlah mungkin judul alternatif yang dapat diberikan kepada buku iniMenonjol dan menarik ialah sajian tentang sejarah perang Kemerdekaan di Sumatera antara lain perjuangan muda-mudi Indonesia di Medan Area dan khususnya perang gerilya sekitar jalan raya antara Sibolga dan Tarutung di Tapanuli yang merupakan jalan maut bagi tentara musuh, suatu babak tersendiri dalam kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, yang layak dikenang sepajang masa karena marak dengan romantika revolusi.......
M.Panggabean BERJUANG DAN MENGABDI